Home > Catatan Perjalanan > Kerbau Perkasa dan Hajatan Kawin

Kerbau Perkasa dan Hajatan Kawin

Oleh Ahmad Yunus

Minggu, 5 juli 2009. Tim ekspedisi berangkat untuk melanjutkan perjalanan dari kota Padang. menuju Bukit Tinggi. Sepanjang perjalanan kami menikmati pemandangannya. Jalannya mulus. Kiri kanan melewati sawah yang menguning. Sesekali melihat rombongan kerbau yang mandi di muara.

Kerbau perkasa dari Pariaman

“Seperti di Jawa,” kata Farid Gaban. Ia merujuk pada infrastruktur pembangunan Jawa yang jauh lebih baik ketimbang daerah lainnya di Indonesia. Padang adalah ibukota dari provinsi Sumatera Barat. Salahsatu kota termaju di daratan Sumatera.

Sepanjang perjalanan, kami banyak melihat hajatan kawinan. Mungkin, Juli bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Pasangan kedua mempelai memakai pakaian adat. Warnanya cerah. Kuning menyala. Tabuhan gendang mengiri rombongan keluarga yang mengantar pengantin. Di ruang pelaminan terhampar makanan khas Padang. Seperti gulai, balado, hingga rendang. Kami menghentikan laju motor. Dan mengambil foto acara pernikahan tersebut.

Jalan mulai berkelok setelah melewati Pariaman. Udara sejuk mulai terasa. Air di selokan terlihat deras dan jernih. Banyak pohon lebat. Kami hendak menuju Danau Maninjau. Salahsatu dataran tinggi yang berhawa sejuk.

Dalam perjalanan, kami sempat berhenti setelah melihat seekor kerbau besar yang membawa jerami. Tanduknya panjang. Perutnya buncit. Kakinya lebar dan memakai sepatu dari karet. Di Jawa, kami belum pernah melihat ukuran kerbau sebesar itu. Walau berbadan besar dan tampak sangar, kerbau itu sangat patuh pada tuannya. Layaknya seorang komandan tentara, si tuan langsung berteriak pada si kerbau.

“Berhenti!,” teriaknya. Kerbau pun mengerem lajunya. Dan kami tersenyum sambil mengambil foto si kerbau dan tuannya.

Perjalanan menuju Danau Maninjau sangat memanjakan. Kiri kanan banyak pohon lebat. Bukitnya tinggi. Air sungai mengalir deras. Udaranya segar. Ini jauh berbeda ketika kami datang ke daerah kepulauan. Seperti Enggano di Bengkulu. Maupun kepulauan Mentawai. Dari Sikakap ke Siberut. Udaranya gerah. Terik matahari sangat kuat. Sangat menguras tenaga. Apalagi sempat melalui badai laut dan gelombang tinggi di daerah Selat Sipora.

Kami tiba di Danau Maninjau. Air danaunya tenang. Banyak keramba untuk budidaya ikan tawar Nila dan Mas. Di sini banyak bangunan khas Minangkabau. Terbuat dari kayu dan warnanya sudah menghitam.

Suara adzan Maghrib terdengar. Kami istirahat di sebuah pondokan kecil. Kamarnya langsung menghadap danau. Riak gelombang terlihat di bibir danau. Suaranya ritmis. Di kejauhan terlihat barisan lembah bukit yang membiru. Senja semakin gelap.

  1. vy snoopy
    July 7th, 2009 at 05:33 | #1

    salut