Header image

Tim ekspedisi Zamrud Khatulistiwa memulai kegiatan pagi ini dengan menikmati segelas kopi dan kudapan di atas sampan, sungai Barito, Banjarmasin. Sinar matahari memberikan kehangatan. Pedagang masih menjajakan dagangannya. Ada yang menjual sayuran, buah-buahan, kelapa hingga makanan. (more…)

Oleh Ahmad Yunus

Utih, 65 tahun, merapal sebuah hikayat. Wajahnya merunduk. Suaranya mendengung. Duduk bersila di atas selembar tikar. Kulitnya sudah layu. Wajahnya keriput. Rambutnya memutih karena usia. Nenek itu, memakai kaos putih yang sudah memudar.

Malam telah gelap gulita. Bulan tak tampak terang. Tertutup oleh gumpalan asap dari pembakaran lahan. Suara genset terdengar sayup-sayup. Dan cukup menerangi rumah panjang (Betang) yang dihuni sektiar 27 kepala keluarga suku Daya Desa, Sintang, Kalimantan Barat. Baru saja anak-anak dan perempuan masuk ke dalam kamar. Dan meninggalkan tontonan sinetron dari sebuah televisi berukuran 14 inchi. Lorong panjang sekitar 100 meter itu pun sepi. Beberapa ekor anjing pulas tertidur di luar.

(more…)

JAM 09.00 pagi, selepas minum kopi, kami beranjak menuju salahsatu dermaga kecil di Sungai Kapuas. Langit masih tampak seperti hari sebelumnya. Kelabu. Tak tampak warna biru. Di dermaga kecil itu sudah terparkir beberapa sampan kecil.

Warga menggunakan sampan untuk menyeberang. Sekali jalan sekitar dua hingga lima ribu rupiah. Sampan menjadi salahsatu alat transportasi warga. Di pesisir Kapuas banyak rumah berdiri di atas air sungai. Untuk masuk ke pemukiman warga, mesti menggunakan sampan. Melewati jembatan-jembatan kecil. Menyusuri gang sungai. (more…)

Oleh Ahmad Yunus

Pulau Natuna terletak di bagian paling utara kepulauan Riau. Pulaunya eksotik. Pasirnya putih sepanjang pesisir pulau. Airnya jernih. Gunung Ranai yang hijau menghadap laut. Geliat warga terlihat di sepanjang pesisir. Khususnya di Ranai yang menjadi jantung ibukota pulau ini.

Masjid Raya Natuna yang terlalu mewah itu

(more…)

Oleh Ahmad Yunus

Ernest Hemingway, seorang novelis, menulis sebuah kisah ciamik tentang pergulatan seorang lelaki tua dan laut. Novel ini mengisahkan tentang gejolak bathin dan fisik manusia tentang makna sebuah perjalanan hidup. Laut memberikan makna yang luas, kehidupan alam sejati. Tanpa aturan. Tanpa tapal batas.

(more…)

Tengku Muhammad Fuad, salah satu pewaris Kesultanan Melayu di Riau, masih menyimpan naskah-naskah kuno terutama berkaitan dengan bisnis dan dagang. Di samping “Soerat Grant”(sertifikat kepemilikan), ada pula kwitansi dan surat saham atas kepemilikan penambangan timah di Johor, Malaysia, bertahun 1917.

Tengku Muhammad Fuad

(more…)

Raja Ali Haji (1808-1873) dikenal sebagai penulis sejarah Melayu dan penggubah Gurindam Dua Belas. Lahir dan dimakamkan di Pulau Penyengat, seberang selat Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

(more…)

Pulau Penyengat di seberang kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, adalah salah satu pusat Kesultanan Melayu klasik. Di situ kita masih menemukan naskah-naskah kuno, termasuk mushaf al Quaran dua ratus tahun, masjid unik, benteng, makam-makam, termasuk makam Raja Ali Haji, bapak bahasa Melayu dan penggubah Gurindam Dua Belas yang terkenal.

Masjid Sultan Riau, Penyengat

(more…)

Manis dan warnanya benar-benar menggoda terutama di siang terik Ramadhan. Buah naga belum begitu populer di Indonesia. Kita susah menemukannya di Jakarta. Di Batam, Riau, sejumlah petani dan investor agribisnis kini mulai melirik jenis buah ini.

Buah Naga dari Batam

(more…)

Jika kami berpikir ekspedisi ini heroik, jelaslah kami keliru. Di Rantau Prapat, Sumatra Utara, kami bertemu dengan pemuda Malang, Jawa Timur, yang sudah setahun belakangan keliling Indonesia. Sendirian. Dia menyebut nama diri “Tikus”, bekali-kali saya tanya nama aslinya dia menolak menjawab. Tikus keliling Indonesia dengan ke timur (Lombok, Flores, Makassar) baru ke barat (Kalimantan, Sumatra) . Gelandangan sejati.

Tikus dan Vespanya

(more…)