Merayakan 66 Tahun Kemerdekaan Indonesia, kami menyelenggarakan Pameran Foto Zamrud Khatulistiwa. Pameran berlangsung di Mal Gandaria City, Jakarta, 17-23 Agustus 2011. Sejumlah 50 foto hasil jepretan Farid Gaban dipamerkan di situ, yang merupakan bagian dari koleksi foto Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, perjalanan farid bersama Ahmad Yunus berkeliling Indonesia bersepeda motor 2009-2010. Pameran dibuka oleh Eros Djarot, pencipta musik, pembuat film cum politisi, pada 19 Agustus 2011.
Author Archives: Farid Gaban
[Bagian 1 dari empat tulisan pengantar buku "Indonesia: Mencintaimu dengan Sederhana"]
Bagian 2: Petualangan Jurnalistik Melebur dalam Ketiadaan
“Saya bukan anak yang tumbuh dan dekat dengan laut,” kata Ahmad Yunus. “Gambaran laut dalam benak saya selalu menakutkan. Dunia yang penuh mitos dan kegetiran.”
Seperti Yunus, saya juga bukan anak laut. Yunus lahir di kaki Gunung Tangkuban Prahu, Bandung, pada 1981. Saya lahir di Wonosobo, lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah, dua puluh tahun sebelum Yunus. Bayangan saya tentang laut juga penuh dengan cerita magis yang populer di Jawa, tentang Laut Selatan yang ganas dan tempat bersemayam tokoh misterius Nyai Roro Kidul. Atau kisah tragis perburuan ikan paus dalam novel “Moby Dick” karya Herman Meville. (more…)
Oleh Farid Gaban
[Bagian 2 dari empat tulisan pengantar buku "Indonesia: Mencintaimu dengan Sederhana"]
Bagian 1: Anak Gunung Menjelajah Laut
Bagian 3: Sepeda Motor Bekas di Emper Warung
Di pulau-pulau, kami bertemu dan bergaul dengan para nelayan, mewawancara dan merekam kehidupan mereka, yang jauh berbeda dari kehidupan petani pedalaman Jawa. Kami misalnya menginap di atas bagan di Pulau Kabung, lepas pantai Singkawang, Kalimantan Barat, dan melihat dari dekat bagaimana mereka mengolah ikan asin sepanjang malam untuk dikeringkan di terik siang. Kami juga ikut nelayan Kepulauan Karimata memasang bubu di karang dan mengumpulkannya kembali beberapa hari kemudian.
Hampir di semua tempat, kami menginap di rumah-rumah nelayan. Dalam kesederhanaan hidup mereka, para nelayan ini menyambut kami dengan baik, membantu kami, serta berbagi banyak cerita tentang tradisi dan kehidupan mereka. Ahmad Yunus, yang pandai memasak, kadang membantu tuan rumah menyiapkan makan malam, menambah keakraban tersendiri. (more…)
Oleh Farid Gaban
[Bagian 3 dari empat tulisan pengantar buku "Indonesia: Mencintaimu dengan Sederhana"]
Bagian 2: Petualangan Jurnalistik Melebur dalam Ketiadaan
Bagian 4: Mengejar Pelangi Kepulauan Nusantara
Seperti di laut, petualangan darat bersepeda motor juga sama menyenangkannya. Kami masing-masing mengendarai satu sepeda motor. Kami tak seberuntung Ewan McGregor dan Charley Boorman, dua petualang yang bersepeda motor dari Skotlandia ke Afrika Selatan dalam perjalanan yang didokumentasikan BBC dengan tajuk “Long Way Down”. Mereka naik BMW Adventure, motor besar dengan kapasitas mesin 1200 cc.
Untuk menghemat biaya semurah mungkin, kami memilih sepeda motor sederhana, Honda Win 100 cc. Itupun kami beli bekas. Sepeda motor Yunus buatan 2005, sementara yang saya kendarai lima tahun lebih tua umurnya dari itu. Kami beli di Bandung, keduanya dimodifikasi menjadi trail untuk mengantisipasi medan yang mungkin kami hadapi. (more…)
Oleh Farid Gaban
[Bagian 4 dari empat tulisan pengantar buku "Indonesia: Mencintaimu dengan Sederhana"]
Bagian 3: Sepeda Motor Bekas di Emper Warung
Bagian 1: Anak Gunung Menjelajah Laut
Kami menyebut perjalanan kami sebuah ekspedisi, Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, dengan tujuan utama mengagumi dan menyelami Indonesia sebagai negeri kepulauan dan negeri bahari. Serta melaporkannya dalam bentuk buku dan video dokumenter.
Sama sederhananya dengan peralatan dan metode perjalanan kami, gagasan berkeliling Indonesia ini juga berawal dari pikiran sederhana. Sebagian dipicu oleh rasa bersalah. (more…)
Kepuluan Raja Ampat, Papua Barat, memiliki keindahan alam yang menakjubkan baik di atas permukaan maupun bawah lautnya. Salah satu lokasi penyelaman terbagus di Indonesia, jika bukan dunia, terumbu karang kepulauan ini sangat kaya akan keragaman hayati. Foto-foto di bawah ini hanya sekelumit saja dari kekayaan taman bawah laut di situ. Diambil dengan lensa macro.
Terhampar di garis khatulistiwa, Indonesia adalah negeri kepulauan pemilik salah satu kekayaan alam terpenting: hutan mangrove terluas di planet ini. Hutan mangrove memang tersebar di 123 negara tropis dan subtropis. Namun, dua pertiga hutan itu hanya di 12 negara saja. Dan yang terluas ada di Indonesia.
Menurut The World Atlas of Mangroves (2010), luas hutan mangrove dunia mencapai 15 juta ha. Indonesia memiliki sekitar 3,15 juta ha, atau 21 persen luas hutan mangrove dunia tadi. Indonesia diikuti Brazil yang cuma memiliki 9 persen, serta Nigeria, Meksiko dan Australia yang masing-masing hanya sekitar 750.000 ha atau 5 persen saja. (more…)
Dulu hanya saya kenal dari nama sebuah band: Karimata. Kemarin saya dan Ahmad Yunus melihat sendiri dari dekat. Sepekan bersama nelayan setempat. Tidak ada listrik, sambungan internet maupun telpon. Ada pos angkatan laut, tapi tak ada petugasnya. Ada puskesmas tapi tak ada dokternya.
Oleh Ahmad Yunus
Utih, 65 tahun, merapal sebuah hikayat. Wajahnya merunduk. Suaranya mendengung. Duduk bersila di atas selembar tikar. Kulitnya sudah layu. Wajahnya keriput. Rambutnya memutih karena usia. Nenek itu, memakai kaos putih yang sudah memudar.
Malam telah gelap gulita. Bulan tak tampak terang. Tertutup oleh gumpalan asap dari pembakaran lahan. Suara genset terdengar sayup-sayup. Dan cukup menerangi rumah panjang (Betang) yang dihuni sektiar 27 kepala keluarga suku Daya Desa, Sintang, Kalimantan Barat. Baru saja anak-anak dan perempuan masuk ke dalam kamar. Dan meninggalkan tontonan sinetron dari sebuah televisi berukuran 14 inchi. Lorong panjang sekitar 100 meter itu pun sepi. Beberapa ekor anjing pulas tertidur di luar.
Diperkaya oleh budaya Dayak, Melayu dan Tionghoa, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, menghasilkan seni kain tradisional ikat yang menarik seperti bisa dilihat di Museum Sintang. kerajinan ini masih ditekuni antara lain oleh warga Dayak Desa di Ensaid Panjang, 60 km dari Sintang. Mereka menggunakan alat sederhana dan pewarna alami.